Pages

Jumat, 28 Oktober 2011

Pemuda Dahulu Vs Pemuda sekarang (dlm rangka memperingati 28 oktober)

Pemuda dulu: Berjuang melawan penjajahan| Pemuda kini: Berjuang menerobos kegadisan

Pemuda dulu: Menyingsingkan lengan utk merdeka| Pemuda kini: Menyingsingkan kolor siap menerkam. 

Pemuda dulu: Merayap menyusuri semak belukar| Pemuda kini: (Maaf) Merayap menyusui gunung kembar.

Pemuda dulu: Unjuk gigi di arena pertempuran| Pemuda kini: Unjuk behel di album foto pesbuk.

Pemuda dulu: Mati muda memeluk senjata| Pemuda kini: Mati muda di pelukan janda. 

Pemuda dulu: Terkenal krn jasanya| Pemuda kini: Terkenal krn upload video di youtube(contohnya Sinta Jojo dan Norman kamaru)

Pemuda dulu: Menguasai daerah lawan| Pemuda kini: Menguasai daerah kewanitaan.

Pemuda dulu: Bertahan untuk hidup| Pemuda kini: Bertahan utk mati. *say no to drugs* 

Pemuda dulu: Setia n loyal sama negara| Pemuda kini: Setia n royal sm selingkuhan

Pemuda dulu: Latian push-up di tanah lapangan| Pemuda kini: Latian push-up di atas selangkangan.

Pemuda dulu: Pahlawan gagah berani| Pemuda kini: Pahlawan berani menggagahi.

Pemuda dulu: Mengemban amanat| Pemuda kini: Mencari alamat *syndrom ting ting 

Pemuda dulu: Skrg udah jadi kakek2. Pemuda kini: Kurang ajar sama kakeknya

pemuda dulu berani mati demi negara, pemuda sekarang berani mati demi wanita..
 
pemuda dulu:berjanji utk mnyerahkn jiwa raga pda negeri, pemuda skarang:berjnji pd pacar agr mau mnyerahkn khrmtan diri

puisi sumpah pemuda(karya jahil anwar)

sumpah pemuda waktu jaman belanda
mengucapkannya menyesakkan dada
ditengah peperangan yang melanda
dan itu benar benar sumpahpemuda

tapi kini jaman sudah berbeda
SUmpah pemuda jadi SAmpah pemuda
mereka ucapkan dengan bahasa canda
mereka cuma gunakan untuk menggoda
saat mereka bermain gaple di pos ronda
saat merea bersenang2 didalam tenda
saat mereka asyik menunggang kuda
bahkan saat mereka berada dipelukan janda
dan yang pemudi sibuk merayu duda

Rabu, 26 Oktober 2011

Filsafat Wayang Memukau Kaum Muda Belanda


AMSTERDAM  – Ketika di Indonesia, peminat wayang semakin berkurang, sebaliknya di Belanda, wayang justru masuk ke sekolah-sekolah menengah melalui animasi.
Bahasanya yang santun dan ceritanya yang menarik, membuat wayang semakin diminati di kalangan pendidik dan anak muda. Demikian dilaporkan Radio Belanda, RNW.
Kalau berbicara soal wayang di Belanda, kebalikan dari apa yang terjadi di Indonesia. Di Indonesia yang merupakan negara asal, wayang semakin ditinggalkan, khususnya oleh kaum muda.
Memang di Indonesia, saat ini banyak anak muda yang berminat jadi dalang, namun itu tak dibarengi dengan fasilitas yang ada, karena minimnya pagelaran. Hal itu bisa dipahami karena untuk menggelar pertunjukan, seseorang harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit.
Namun di Belanda, menurut Heidi Hinzler, yang selama ini disibukkan dengan berbagai proyek pementasan wayang di Belanda mengatakan, orang Belanda tertarik akan wayang karena cerita-cerita filsafat di baliknya seperti Ramayana dan Mahabarata.
Sejarah hubungan antara Indonesia-Belanda juga merupakan salah satu faktor penarik mengapa wayang digemari. “Dulu ada pendidikan wayang untuk pegawai negeri kolonial di Leiden.”
“Di sana anak-anak mau belajar gerak-geriknya dan mau  belajar tari yang klasik dan lain lainnya. Mereka antusias sekali. Mereka tertarik dengan tokoh dalam wayang bukan hanya saja punawakawan tapi raja-raja dengan pakainnya yang bagus.”
Karakter wayang membuat anak sekolah tertarik.. Karena biasanya pagelaran wayang tidak hanya saja perang atau menampilkan yang lucu-lucu tapi juga tentang dilema manusia.
Selain sejarah Belanda seperti Willem van Oranje, pentas wayang juga menampilkan sejarah hubungan Indonesia-Belanda misalnya pagelaran wayang Jan Pieterzoon Coen serta wayang Revolus
“Saya kira lebih jelas daripada yang ditulis di buku. Di buku hanya ada kalimat jadi kurang menarik. Sementara kalau dikerjakan di wayang akan lebih menarik.”

BANK DATA

Proyek Bank Data wayang dibuat karena wayang bertebaran baik itu di museum dan rumah pribadi di Belanda. “Ada banyak wayang dari Jawa, Bali, Lombok macem-macem dan kebanyakan orang tidak tahu siapa dan dipakai untuk apa, serta dari daerah mana dan untuk apa.”
Heidi menambahkan, dia akan bekerjasama dengan dalang seperti Ki Lejar Subroto untuk memeriksanya. Supaya ada data soal keberadaan wayang di Belanda.

SUMBER
Diberdayakan oleh Blogger.

About

Translete